RSS

Selasa, 29 Oktober 2019

The hardest thing is facing the day with trauma. Surely, we want to throw it away from our mind. But we don't know, why it's so hard.

Rabu, 09 Oktober 2019

Teruntuk Suamiku Tercinta

Tulisan ini kutulis dengan hati yang telah dipenuhi rindu utk bertemu dengan suamiku.

Dari lubuk hatiku yang terdalam, aku ingin sekali mengucapkan
Rasa syukur yang begitu besar ingin kuucapkan kepada Allah swt yang telah menuliskan takdir bahwa jodohku adalah suamiku saat ini.
Terima kasih ya Allah, engkau pilihkan ia menjadi pendamping hidupku, menjadi imam dalam keluarga kecil kami, menjadi Ayah bagi anak-anakku.
Terima kasih ya Allah, Engkau bukakan pintu hatiku sehingga aku bisa mencintai dan menyayangi suamiku. Teruslah ya Allah, Engkau hadirkan cinta dan kasih sayang di hatiku untuk suamiku dan begitu pula sebaliknya. Jadikan kami keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah, menjadi pasangan pula di syurga kelak.

Duhai suamiku tercinta,
Terima kasih karena telah berani berkomitmen untuk hidup bersamaku,
Terima kasih karena telah menerimaku apa adanya sebagai istrimu,
Terima kasih karena telah memberikan nafkah utkku dan fia,
Terima kasih karena engkau telah lelah bekerja demi memenuhi kebutuhanku dan fia,
Terima kasih karena sebisamu meluangkan waktu dan pulang demi aku dan fia,
Terima kasih atas kasih sayang dan cintamu dalam keluarga kecil ini

Semoga Allah sennatiasa menjagamu, suamiku sayang.

Jumat, 20 September 2019

Terima Kasih Anakku, Fia

Terima kasih anakku, fia..
Terima kasih karena fia :
❤ selalu tersenyum ketika bangun pagi, seolah fia ingin memberikan semangat utk mama agar mama lebih giat lagi bekerja dan kuat menghadapi hari ini.
❤ selalu sabar menunggu mama pulang kerja untuk disusui
❤ selalu baik budi kalau ditinggal mama pergi kerja
❤ selalu tidur cepet kalau malam seolah fia tau mama pun harus tidur lebih awal karena besok mama pergi kerja
❤ selalu tidur lelap kalau malam seolah tau kalau fia rewel mama pasti kerepotan karena mama ngejaga fia sendirian tanpa nenek, eyang dan abi
❤ mengajarkan mama kesabaran
❤ mama kuat, mama bisa kerja, mama bisa mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga tanpa harus ada pembantu. Dulu, mama pikir mama ga sanggup, tapi karena Allah memberikan kasih sayang di hati mama untuk fia, Alhamdulillah dan Insya Allah mama sanggup.
❤ mama bisa tegar hidup berdua bersama fia di sini meski kita jauh dr eyang, nenek dan abi.
❤ hilang semua lelah mama
❤ pelengkap kebahagiaan mama dan abi.


Setiap kali memikirkan ini, mama selalu menangis.
Maafin mama anakku sayang kalau mama masih belum bisa menemani fia seharian 24 jam di rumah, maafin mama kalau mama masih byk kekurangan dalam memberikan kasih sayang dan cinta untuk fia. Tapi mama janji, mama akan selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk fia. Karena mama sayang Fia ..

Rabu, 20 Maret 2019

Dashyatnya Kekuatan Cinta Suami Istri

20 Maret 2019, Pekanbaru

Assalamu'alaykum wr.wb
Sudah lama sekali rasanya tidak menulis di blog ini. Karena kondisi penulis sedang hamil dan sulit mencari mood untuk menulis. Ya harap maklum ya.. Hehe. Ditambah lagi persiapan tes CPNS yang cukup menguras tenaga dan pikiran. Kondisi keluarga yang sedang dalam musibah. Padahal banyak yang ingin disampaikan lewat tulisan.

Well, hari ini ingin membahas terkait renungan penulis terhadap yang namanya cinta. Eeeaaakkk... Bukan lagi puber. Tapi penulis lagi kasmaran. Hahaha. Rasanya belum cukup cukup kasmaran dengan sang suami. Ditambah lagi sekarang LDRan dengan suami. Waktu kebersamaan dengan suami bisa dihitung pake jari. Huft.

Yang aku rasakan ketika bersama suami adalah, aku merasa semakin kuat. Kalau suami lagi ga di rumah rasanya mau ngapain aja males, mau masak aja males. Tapi kalau ada suami, kondisi lagi kurang fit tetep diusahakan untuk masakin buat suami. Itulah karena cinta dapat menguatkan. Ketika bersama suami aku merasa tidak ada yang perlu aku takutkan. Coba kalau lagi LDRan, yang ngerasa ada yg ngetok pintu, piring jatuh, suara kresek kresek, adaaaa aja, kadang tidur pun ga tenang. Tapi kalau ada suami, udah.. Ketemu bantal langsung deh tidur, bahkan kalau kata suami aku tidur sambil main musik klasik alias mendengkur. Hahaha.. Bersama suami aku merasa semua hal insya Allah dapat aku lalui, entah karena suami terus menyemangatiku. Pokoknya hal yg aku rasa tidak mungkin menjadi mungkin saja terjadi.

Kok kesannya menuhankan suami? Eits, tunggu dulu.. Bukan itu maksudnya. Di sini penulis ingin menjelaskan, bahwa sedemikian besar dashyatnya pengaruh cinta antara suami istri yang telah diatur oleh Allah. Semua karena telah diatur oleh Allah. Maka tidaklah salah Allah mengatakan bahwa laki-laki adalah pelindung bagi kaum perempuan. Ternyata benar adanya.

Terima kasih kepada Allah yang telah menganugerahkan suami yang luar biasa untukku. Terima kasih telah menghadirkan cinta dan kasih sayang dalam rumah tangga kami, smoga selalu Engkau berikan ketentraman dan kesejukan serta rezeki dan anak2 yang soleh/solehah dalam keluarga kami.

I love you, my super husband. Wish our love till Jannah.





Rabu, 13 Maret 2019

Ibu Rumah Tangga-pun Harus Profesional

Seperti Sabtu pagi biasanya, aku mengikuti kajian rutin di Mesjid Alfurqan Kampus UPI. Materi kali ini menurutku sungguh menarik. Terutama bagi para wanita yang akan menikah dan bagi yang sudah menikah. Berikut ini summary dari kajian rutinku hari ini.

😊😊😊😊😊

Ada 3 peran utama dari seorang muslimah antara lain:
1. Menghambakan diri kepada Allah
    Peran ini merupakan wajib bagi para muslimah baik yang belum menikah ataupun yang sudah menikah dan memiliki anak. Sudah menjadi kewajiban bagi setiap muslim untuk beribadah dan menghambakan dirinya kepada Sang Pencipta, Allah swt. Tidak ada alasan untuk mengurangi ibadah meskipun seorang muslimah tersebut, baik yang belum menikah atau sudah menikah atau bahkan sudah memiliki anak. Ada beberapa muslimah terutama yang belum menikah dan sedang menyelesaikan studi, mengeluhkan bahwasanya banyak tugas kuliah yang harus diselesaikan sehingga lupa waktu shalat, lupa tilawahnya dan lupa dzikirnya. Na'udzubillah. Adalagi muslimah yang sudah menikah dan sudah memiliki anak, ada beberapa yang mengeluhkan sungguh repot sehingga ibadah pun jadi lupa, tilawahnya jadi ketinggalan, dan dzikirnya jadi hilang. Sungguh jangan menjadikan hal tersebut adalah alasan. Hal tersebut akan membuat diri kita merugi. Apabila seorang muslimah sadar akan perannya menghambakan diri kepada Allah maka tentu dia akan mampu memanage waktunya antara urusan akhirat dan duniawi.
2. Mendidik anak-anaknya
    Sering kita dengar bahwasanya banyak wanita yang sekolah tinggi namun pada akhirnya dia gagal dalam kehidupannya. Adapun yang dimaksud gagal dalam kehidupannya disebabkan wanita tersebut menganggap bahwa dirinya mampu mengerjakan segala sesuatu tanpa bantuan orang lain. Dia adalah yang paling hebat dan mampu mencari nafkah sendiri. Lebih parahnya lagi wanita yang sudah menikah dan karirnya jauh lebih maju dari suami membuat wanita tersebut menghina dan mengintimidasi suaminya. Sungguh disayangkan ilmu yang didapatnya malah membuatnya menjadi sosok wanita yang tidak mampu menjadi contoh dalam keluarganya. Namun tidak sedikit juga sekarang ini wanita yang bersekolah tinggi memiliki prinsip bahwa mengecap pendidikan setinggi-tingginya bukan untuk menjadikannya sombong namun karena wanita sadar bahwasanya perannya adalah untuk mendidik anak-anaknya. "Ibu adalah madrasah bagi anak-anaknya".
      Saya dan beberapa teman saya sempat sharing bahwasanya jika suatu saat nanti kami telah berkeluarga dan memiliki anak, kami ingin mendidik anak-anak kami melalui tangan-tangan kami. Ilmu pendidikan yang kami dapatkan sekarang sangat ingin diaplikasikan pada anak-anak kami nantinya. Mengapa hal ini terjadi? Saya sempat heran, mengapa teman-teman saya yang sudah sekolah hingga tingkat master malah senang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga. Betapa menyadarinya mereka bahwasanya pendidikan anak sangat penting melalui tangan ibunya. Namun tidak ada masalahnya juga jika para wanita ingin berkarir asalkan tetap memiliki waktu untuk mendidik anak-anaknya.
3. Menjadi pendamping setia bagi suaminya
    Sudah pasti seorang wanita haruslah menaati suaminya ketika sudah menikah. Wanita yang telah menjadi istri maka wajiblah ia menjadi pendamping suaminya baik susah ataupun senang. 
*bagian ini tidak dibahas lebih lanjut karena penulis belum punya pengalaman. Penulis belum menikah LoL (pada saat menulis ini sudah hampir setahun lalu)
4. Menjadi saudara bagi masyarakat
    Di samping menjadi seorang hamba yang taat kepada Allah, mendidik anak, dan menjadi pendamping setia bagi suaminya, ada poin yang tidak kalah penting untuk dilakoni oleh seorang muslimah, yakni menjadi seseorang yang bermanfaat pula bagi sekitarnya. Inilah yang dikatakan bahwasanya hubungan kita bukan hanya dengan Sang Pencipta tapi juga hablumminannaas. Menjalin hubungan yang baik dengan sesama muslim juga merupakan hal yang tidak kalah penting. 

Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat.

Bersyukurlah Ada yang Mengkritikmu

Beberapa hari ini banyak sekali rasanya hal-hal yang bikin stressful banget. So, I try to relieve stress dengan menulis di blog. Gak ada salahnya kan? Tulisan ini dikembangkan dari status facebook beberapa hari yang lalu.

Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita menjumpai orang yang kerjanya 'mengkritik dan mengomentari' orang lain. Banyak tuh, contohnya para juri lomba menyanyi, baca puisi atau lomba lainnya. Kalau yang begitu sih, bagus ya? Memberikan kritikan dan komentar yang positif. Selain itu, posisi juri juga sudah ditentukan, ya posisinya sebagai seorang hakim dari suatu perlombaan. Juri yang dipilih pasti yang sudah ahli di bidang tertentu dan mempunyai wewenang untuk memberikan kritik dan komentar. Kemudian bagaimana dengan orang-orang yang memberikan kritikan pada orang lain namun dia tidak punya wewenang? Gimana sih maksudnya?

Baiklah, mari kita permudah. 

Bersyukurlah pada orang-orang yang mau memberikan waktunya untuk mengurusi dan mengomentari kehidupan kita. Kenapa? Tentu saja kita besyukur dan berterima kasih. Di sela-sela waktunya ia masih saja punya waktu buat kita yang notabenenya mungkin saja hidupnya belum terurus dengan baik tapi ia sudah mengurusi kita. Namun hal yang harus diingat, jaman sekarang sudah edan. Kita buat baik, masih ada juga yang berkomentar negatif, konon lagi berbuat jahat, bukan lagi dihujat bahkan main hakim sendiri sampai dibakar hidup-hidup. Kita hidup tidak mungkin menuruti semua omongan orang. Kita hidup tidak mungkin disukai oleh semua orang. Rasulullah yang sudah pasti masuk surga saja masih banyak yang mencerca apalagi kita yang masih jauh dr jaminan masuk surga. Hal terpenting adalah selalu mencoba berbuat yang terbaik dan tidak merugikan orang lain.

Perjalananku Untuk Mengabdi Bagi Indonesia



Sebelum berbagi pengalaman terkait tes CPNS Kemenag 2018, sejenak izinkan diri ini memperkenalkan diri terlebih dahulu. Saya bernama Diniya asal Aceh baru saja menikah dengan lelaki berdarah Jawa dan lulus menyandang gelar Magister Pendidikan jurusan IPA di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Studi yang diselesaikan selama 2 tahun itu didanai oleh beasiswa LPDP. Singkatnya, wisuda kelulusan diselenggarakan pada tanggal 10 Oktober
2018. Pada saat itu bertepatan dengan pendaftaran administrasi CPNS. Awalnya ingin fokus mengurus anak karena kondisinya saat ini saya sedang hamil anak pertama. Namun, suami memberikan restu dan dukungan penuh agar saya ikut CPNS tahun ini. Suami,   Lukman Supriadi, S.S, M.Hum, merupakan lulusan CPNS Kemenkumham tahun 2017 lalu.
Alasan suami yang notabene merupakan alumni penerima beasiswa LPDP mengatakan bahwa negara telah memberikan beasiswa selama dua tahun terakhir, maka bukankah lebih baik jika memberikan sesuatu seperti ilmu yang telah dipelajari selama studi sebagai bentuk pengabdian untuk negara ini. Selain itu, menebarkan ilmu yang bermanfaat juga merupakan salah satu dari 3 amalan jariyah. Selaras dengan hadis Rasulullah saw Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak shalih yang selalu didoakan orang tuanya. (HR. Muslim, no. 1631)
Pada tanggal 12 Oktober 2018 akun dan form pendaftaran online telah diselesaikan dengan baik dan rapi. Pada tanggal 15 Oktober 2018 berkas dikirimkan ke kampus tujuan yaitu UIN Suska Riau yang terletak di Pekanbaru Kota. Pada hari pengiriman berkas, ternyata pihak ekspedisi Pos Indonesia tidak mau menerima pengiriman berkas CPNS. Hal ini dikarenakan waktu penerimaan berkas hanya tersisa 2 hari. Pihak ekspedisi takut pengiriman tidak sampai ke tujuan dan akan berakibat gagalnya para pendaftar CPNS. Saya memutar otak untuk mencari cara agar dokumen bisa dikirim. Tiba-tiba terlintas di pikiran untuk mengirmkan via agen travel. Sambil mengucapkan Bismillah dan berpikir bahwa rejeki tak akan tertukar, saya memberikan dokumen pada agen travel untuk dikirim ke kampus UIN. Alhamdulillah, dokumen tiba dengan selamat meski kampus akan tutup 5 menit lagi.
Sebulan pun berlalu dan peserta yang lolos tahap selanjutnya telah diumumkan. Alhamdulillah saya lolos ke tahap SKD bersama 13 peserta lainnya. Bukanlah hal yang mudah selama perjalanan dari rumah menuju ke lokasi tes SKD. Pada saat itu saya sedang hamil anak pertama dan usia kandungan masih sangat belia yaitu 3 bulan. Pada hari Sabtu, saya dan suami yang bertempat tinggal di kabupaten Rokan Hilir  berangkat menuju Pekanbaru Kota, tempat pelaksanaan tes SKD, yang jika ditempuh perjalanan darat akan memakan waktu selama 7 jam. Adapun kondisi jalan aspal dari Ujung Tanjung ke Batu Enam rusak parah, jalan berlubang- lubang sehingga ketika di dalam mobil travel penuh guncangan. Guncangan yang bisa membahayakan kondisi janin saya. Ditambah lagi adanya tiga titik lokasi perbaikan jalan yang akhirnya akan menambah waktu perjalanan. Kondisi perjalanan seperti itu membuat saya muntah hebat di dalam mobil travel. Syukurlah pada saat itu suami menemani saya.
Tes SKD dilaksanakan pada hari Senin dan suami saya tidak dapat menemani karena harus harus kembali masuk kerja. Suami belum bisa mengambil cuti karena notabenenya suami masih berstatus CPNS. Pada hari Senin saya berangkat sendiri dengan menggunakan jasa Gojek sambil membawa tas jinjing berisikan baju. Ya, karena saya sudah tiba di hari Sabtu untuk berjaga-jaga agar stamina cukup fit pada hari Senin ketika tes. Tiba di Hotel Labersa, banyak orang melihat ke arah saya karena saya menjinjing tas seperti orang mau kabur dari rumah padahal hanya ikut tes CPNS. Pukul 10.00 wib, tes CAT SKD dimulai. Sebelum tes, saya menyempatkan diri untuk makan terlebih dahulu. Tentu hal itu saya lakukan karena saya harus tetap memperhatikan kondisi dan asupan bagi janin  saya. Saya pun sangat bersyukur karena selama pendaftaran ulang hingga menuju ruang tes panitia memberikan ‘hak khusus’ bagi  ibu  hamil.  Setelah  1  jam  30  menit,  hasil  tes  langsung  tertera  di  layar  komputer.


Alhamdulillah, saya satu-satunya yang lulus passing grade dari 13 pesaing di formasi umum
Pendidikan IPA.
Satu bulan berlalu, saya satu-satunya peserta yang masuk ke tahap SKB di formasi umum Pendidikan IPA. Sabtu malam saya dan suami tiba di Pekanbaru Kota dan Sabtu sore rasanya seperti disambar petir, saya mendapat kabar buruk dari keluarga di Aceh yaitu Ayah dan Ibu kandung saya mengalami kecelakaan. Ayah mengalami luka-luka berat dan adanya penggumpalan darah di bagian otak belakang sehingga Ayah harus segera menjalankan operasi pada hari Minggu pagi. Betapa sedihnya hati ini, saya tidak bisa pulang karena Senin saya harus mengikuti tes SKB. Jujur saja, saya tidak lagi belajar dan tidka mempersiapkan diri secara maksimal untuk tes. Pikiran saya hanya tertuju pada Ayah dan keluarga yang di Aceh.
Pada hari Rabu selesai tes SKB, saya menyiapkan segala keperluan untuk pulang dan suami sedang dalam perjalanan dari Rokan Hilir ke Kota Pekanbaru. Kamis pagi kami berangkat dari Bandara Sultan Syarif Kasim II menuju Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh. Ayah telah menyelesaikan operasi sejak hari Minggu namun hingga hari Kamis saya dan suami tiba, ayah masih dalam keadaan koma dan tidak sadar di ruang ICCU Rumah Sakit Zainal Abidin, Banda Aceh. Kondisi Ayah sangatlah parah, mata sebelah kanan rusak sedangkan mata kiri belum dapat dipastikan apakah masih normal atau tidak. Luka-luka di bagian wajah dan kiri-kanan tangan.
Assalamuaalaykum ayahku tersayang. Kami pulang menjenguk ayah dan ingin mengabarkan bahwasanya hanya saya yang lulus di tahap SKB dan insya Allah impian Ayah yaitu ingin saya menjadi Dosen PNS akan segera terwujud. Ayah cepat sadar, Ayah lihat adek sukses dulu ya, Ayah. Adek sangat ingin membanggakan dan membahagiakan ayah. Ingin membalas semua kasih sayang dan apa-apa yang telah ayah berikan.”. Terlihat di sudut mata ayah, ada air mata yang mengalir. Saya dan suami pun membacakan surah yasin. Berselang selama seminggu, Allah memanggil ayah saya ke sisi-Nya di malam Jum’at tepat 27 Desember
2018. Perasaan yang tak dapat saya gambarkan di penghujung tahun 2018, rasa sedih yang luar biasa mendalam karena Ayah telah tiada namun bahagia karena saya lulus menjadi CPNS Dosen jurusan Pendidikan IPA di Kampus UIN SUSKA Riau, Pekanbaru seperti impian Ayah saya.
Saya persembahkan pencapaian ini khusus untuk Ayah tercinta. Terima kasih saya ucapkan atas segala kasih sayang, cinta dan pengorbananmu, Ayah. Jika tanpamu, maka saya tak dapat menjadi sosok seperti sekarang ini. Maafkan saya yang belum sempat membalas semua yang telah engkau berikan pada saya. Kuucapkan pula rasa syukur yang tanpa henti pada Allah swt atas apa yang telah Dia berikan, tentu Allah adalah Sebaik-baiknya Pembuat Rencana kehidupan ini. Saya selipkan do’a dan Alfatihah untuk Ayahanda tercinta, almarhum Drs. Suharlan Djakfar. Semoga segala amal ibadah Ayah diterima oleh Allah swt. Tak lupa pula rasa terima kasih saya ucapkan atas ridho, do’a, semangat dan dukungan dari suamiku tercinta dan keluarga.


Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan” (Q.S Al-Insyirah, ayat 5)